Muslimah Penuh Inspirasi bersama Oki Setiana Dewi




We are Inspiring Women, and We Dare to Inspire

14  Desember 2012
Pagi ini, aku semangat menuju unpad-DU
siap melangkah penuh senyum...siap melangkah penuh keceriaan..
aku akan bertemu dengan Oki Setiana Dewi, dan SOSD (sahabat Oki Setiana Dewi) dan para muslimah yang penuh inspirasi lainnya...
sampai di gedung FKH Unpad, aku disambut oleh teman-teman dari keputrian Az-zahra yang menjadi panitia acara kemuslimahan kali ini dengan tema "we are inspiring woman, and we dare to inspire" yang diselenggarakan di jum'at 14 Desember 2012.

Dari pukul 9 pagi kami menunggu kedatangan ka Oki, namun acaranya dimulai dengan make up class terlebih dahulu, kurasa padahal itu nampak tidak penting, aku ngobrol dengan teman disampingku, mahasiswi pascasarjana Unpad Statistik, namanya ka Intan, beliau berasal dari Papua. Aku merasa sangat beruntung bisa dipertemukan dengan beliau, ia menceritakan tentang pengalamannya sebelum berhijrah mengenakan hijab (kerudung) bahwa betapa orang-orang mengira ia bukanlah seorang muslimah, dan terheran saat ia melangkah menuju masjid, “sungguh selembar kain bernama hijab ini mengenalkan identitas diri kita sebagai seorang muslimah, saya sungguh merasakan sebelum dan sesudahnya”, ucapnya sambil tersenyum..sungguh ada rasa haru dan bangga dihatiku…selain itu ia juga bercerita betapa budaya senyum di jawa barat sangat membuatnya merasa sulit untuk adaptasi, karena orang-orang di Papua jarang tersenyum..awal kedatangannya di Bandung membuatnya banyak mengalami kejadian menarik, termasuk ia pernah dikucilkan oleh teman-teman satu kosannya, karena kastanisasi…aku antusias sekali mendengar ceritanya, kami banyak berbagi cerita menarik lainnya…tak lama kemudian ka Oki pun tiba, mengenakan kerudung coklat menebar senyum pada semua muslimah diruangan itu..

 Oki mengawali dengan menceritakan kegiatan dan kesibukannya saat ini, selain sebagai Mahasiswi Pascasarjana UNJ jurusan PAUD, ia juga sibuk menulis, mengisi berbagai acara seminar, talkshow, dan sebagai muslimah ia ingin mengamalkan ilmunya dengan mengajar ngaji dilapas wanita, dan terus menghafal Al-Quran…
Ia menceritakan titik baliknya saat behijab seperti kisahnya di buku pertamanya yaitu melukis pelangi.
Berkaitan dengan tema acara kali ini “we are inspiring women and we dare to inspire..” Oki menyampaikan bahwa menjadi muslimah dengan menampakan hijab sebagai identitas bukanlah penghalang, dulu ketika Oki baru mulai berhijab ada seseorang yang berkata padanya, ”Dengan hijab kau tidak akan bisa menjadi apa-apa”,
“buktinya saya berhijab dan saya mampu berkarya”, ucapnya sambil tersenyum penuh arti..selain itu, menjadi muslimah yang menginspirasi juga perlu ilmu, terus belajar, dan jangan takut untuk bermimpi, karena mimpi itu adalah salah satu warna kehidupan yang akan membuat kita terus berjuang untuk mencapainya dan tentunya mimpi itu harus di catat agar terus teringat dan termotivasi, bermimpilah kerena mimpi itu gratis dan yang paling penting mimpi itu harus dideklarasikan agar banyak yang mendoakan dan cepat terlaksana karena terus ada yang menagih mimpi-mimpi itu…

Senang bisa bertemu muslimah yang inspiratif sepertinya…memberikan banyak inspirasi dan membuat oranglain yakin bahwa dengan kerja keras, istiqomah, mimpi pasti akan terwujud..
Disela-sela acara Oki sempat menyanyikan lirik lagunya yang akan launcing tahun 2013 nanti mengenai Hijab..



   
  Hijab…hijab…im in love…
      Kau menjaga hati dan diriku…
      Hijab…hijab…im in love…
      Kutentram bersamamu…
      Mereka slalu berkata, tuk menunda dirimu…
karena ingin menghijabkan hatinya dulu…
      Lalu sampai kapankah, semua bisa berubah,
karena hati manusia tempat hilaf dan salah…

Diusai acara aku sempat meminta untuk berfoto bersama dan meminta tanda tangannya…

Terimaksih ka Oki…atas Inspirasinya…semoga bisa berjumpa kembali dengan cerita-cerita menarik laiinya^^

di acara ini Allah juga berkenan mempertemukanku dengan Teh SyerLi Oktaviani, penulis muda yang mengahilkan karya berjudul "The Code of Loving Life"
terimaksih inspirasinya ukhti...salam ukhuwah^^


Cerpen "Waktu"



Waktu

oleh : Erna Erpiana

Aku terus berlari dan berlari, aku sangat berharap hari ini adalah hari keberuntunganku. Aku berharap masih memiliki kesempatan untuk dapat melihat ayah dan ibuku tersenyum, setidaknya sekejap saja. Aku terus berlari tanpa memperhatikan setiap mata memandang aneh padaku.

            “Pak, apa bu Merlin ada diruangannya?”, tanyaku terenggah-enggah pada pak Heru staff Tata Usaha prodi
            “oh, ada”, jawab Pak Heru tanpa meliriku sedikitpun.
Aku cepat-cepat berlari keruang Bu Merlin, berharap ada satu keajaiban bagiku. Beruntung beliau ada, Aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam padanya.
            “masuk”, Bu Merlin meliriku, “masih berani rupanya kamu datang”, Bu Merlin menyecarku tanpa memberiku kesempatan menjelaskan.
            “Bu, saya datang kemari untuk..”
            “untuk lulus kuliah secepatnya?” potong Bu Merlin menatapku tajam.
            “saya, mohon kemurahan hati Ibu”, aku memohon, berharap Bu Merlin sudi membantuku.
            “Rian, saya sudah sangat pengertian. Apa yang bisa saya lakukan jika setiap bimbingan kamu tidak pernah datang. Dan sekarang kamu ingin lulus bersama dengan teman-temanmu yang rajin bimbingan dan sudah hampir selesai, sedangkan kamu?”, Bu Merlin menarik nafas, seolah kehabisan kata menghadapi mahasiswanya yang sangat sulit diurus sepertiku.
            “Tapi, bu..”, aku tetap mencoba memohon padanya, dibalik sorot matanya yang tajam, aku tahu bu Merlin sangat peduli pada seluruh mahasiswa bimbingannya.
            “Tapi, Kali ini tidak Rian, cobalah tahun depan”, Bu Merlin berdiri dan merapihkan tasnya,”sudah sore, saya harus pulang”. Langkahnya terhenti, “Apa yang kamu tanam, itulah yang kamu petik Rian, tidak ada yang bisa membantu selain dirimu sendiri”.
***
Semua mahasiswa di Auditorium kampus siang ini begitu riuh membahana, dengan sorak suka cita kawan-kawan seangkatanku yang lulus studinya. Para orangtua berdatangan dengan wajah berseri-seri berfoto bersama anaknya yang gagah dan anggun mengenakan toga, jubah longgar perlambang kebesaran  yang dikenakan oleh mahasiswa yang telah berhasil, mahasiswa yang menang.
            Hatiku pilu melihat pemandangan ini, betapa ada sebuah rasa sesak didada yang sangat membuatku serasa tak kuat berpijak dibumi ini. Dari jarak jauh, aku dapat melihat kawan-kawanku, Yogi teman satu kost ku, senyumnya mengembang merangkul kedua orangtuanya.                                                            
Aku tidak sanggup menerima kenyataan dan kesalahan yang telah aku perbuat. Bahkan untuk membalas surat ibu dari kampung beberapa waktu yang lalu aku benar-benar tidak sanggup.

Assalamualaikum, semoga ananda sehat diperantauan.
 Maaf sudah lama Ibu dan Ayah tidak mengirimi ananda surat. Bahkan, untuk dua bulan belakangan ibu tidak mengirimi ananda uang saku. Bukan Ibu tidak ingat, tapi ayah sedang butuh biaya pengobatan, ayahmu sakit keras nak. Surat ini juga ibu minta dituliskan pada Mila, tetangga kita anak Pak Lurah. Ananda kan tahu Ibu buta huruf. Ayah hanya berpesan, Kapan ananda wisuda, ayah selalu menghitung, ayah bilang tahun ini ananda lulus. Syukur Alhamdulillah. Ayah ingin ke Jakarta, beliau terus melawan penyakitnya demi menyaksikan ananda diwisuda, pakai toga katanya.
Sekian dulu ya, jangan lupa berdoa pada Allah agar dipermudah lulusnya.
           
 Kini, apa yang akan aku katakan pada Ibu, seandainya beliau tahu aku belum satu bab pun menulis skripsi. Lantas, bagaimana perasaan ayah andai tahu aku gagal, aku pecundang.
            Aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi, semua rasanya sudah terlambat. Teman-teman yang suka mengajaku party kini sudah beberapa minggu tak ada kabar. Pekerjaanku sebagai kurir narkoba yang penghasilannya sangat besar, kini tak pernah aku dikontak lagi oleh bos. Dan perempuan-perempuan yang selalu menemani saat aku banyak uang, tidak aku jumpai seorangpun ditempat mereka masing-masing. Semua seolah pergi meninggalkanku, disaat aku hancur, disaat aku benar-benar terperosok dalam lubang yang dalam.
            Hari ini, sewa kamar kost ku habis. Bu Ely sudah menggedor-gedor pintu kamarku setiap pagi. Sudah jatuh tempo seminggu aku belum juga mampu melunasi, bahkan untuk makan aku harus tunggu sampai uang ngamen bisa cukup untuk sebungkus nasi dan tempe atau tahu, kadang tidak sama sekali.
Aku benar-benar sudah tak punya harapan hidup di Jakarta. Aku harus memilih, pulang sebagai pecundang, melihat wajah renta ayah yang sudah empat tahun yang lalu tak pernah bertemu, atau merantau dan meninggalkan Jakarta. Kawanku Langgan dari Sumatra menawari untuk bekerja di daerahnya. Ia memang akan kembali ke Sumatra setelah lulus kuliah. Langgan kawan seangkatanku, ia kini telah lulus menikmati manisnya kesuksesan. Nampaknya ia prihatin dengan kondisiku, dan menawarkan pekerjaan dipeternakan milik pamannya. Peternakan, mungkin itulah hasil yang harus aku petik dari buah perbuatanku selama di Jakarta, aku tidak memanfaatkan amanah orangtua untuk belajar, aku terlena dengan gemerlap yang dijanjikan Kota Metropolitan ini.
***
Setahun sudah aku tinggal mengurusi peternakan yang sehari-harinya yang kulihat hanya kerbau, rumput, kandang, dan kotoran. Mengenaskan. Tiba-tiba aku teringat Ayah dan Ibu, ya Allah, bagaimana keadaan mereka sekarang. Bahkan saking pecundangnya, aku tidak berani mengirim surat pada mereka dan mengabarkan kondisiku. Aku tidak tahu, apakah ayah sudah sehat atau tidak. Aku tidak bisa bayangkan persaan mereka saat menanti undangan acara wisuda yang tak kunjung datang. Hatiku pilu, aku sangat merindukan mereka.
            Selat sunda yang nampak tenang, tidak setenang hatiku yang akan menghadap orangtuaku. Aku putuskan pulang apapun yang terjadi, aku tidak bisa hidup terus dalam pelarian rasa bersalah terhadap orangtuaku. Terlebih aku sangat merindukan mereka. Beberapa jam lagi, kapal ini akan merapat ke pelabuhan tanjung priuk. Aku akan mendaratkan kembali kakiku di ibu kota, dan melanjutkan perjalananku ke kampung halaman.
            Hatiku terasa tak menentu, aku melangkah perlahan mendekati rumah tua yang halamannya masih nampak sama seperti lima tahun yang lalu, hanya cat dan kayunya yang tampak labih kusam. Dari jauh aku dapat melihat seorang gadis sedang menyapu halaman, itu Rina, adiku. Ya Allah, Rina kini sudah tampak lebih besar sejak pertama aku meninggalkannya. Aku menangis pilu, kakiku terasa beku. Berat sekali untuk melangkah mendekati rumah penuh sejarah ini. Aku hampir tak punya nyali untuk mendekat.
            “Rian”, suara serak dan parau terdengar dari belakang punggungku. Aku menoleh, aku hampir tidak bisa mengenali. Wanita tua yang sangat lusuh penuh lumpur dan kotor.
            “Ibu..”, aku bergetar, sungguh aku tidak salah lihat. Sungguh ia adalah ibuku. Aku memeluknya dan hampir tersungkur dikakinya, aku terisak hampir tak bersuara. Terasa sungguh sakit. Lama kami hanyut dalam keharuan.
            “kemana saja kamu nak, kenapa tidak pernah ada kabar? Kenapa baru pulang?”, ibu terisak, suaranya terasa begitu berat.
            “Ayah mana bu? Ayah sehat?”, aku belum bisa bercerita banyak. Yang ingin aku tahu sekarang adalah kondisi ayah yang setahun lalu dikabarkan sakit keras. Ibu menarik nafas dalam, dan mulai bercerita.
            “saat ibu mengirim surat padamu, mengabarkan ayah sakit. Saat itu juga ayah berusaha keras untuk sembuh, ingin menyaksikan bujangnya diwisuda di Jakarta. Lama ananda tidak memberi kabar, akhirnya ayah sembuh dengan tekadnya menyusul ananda ke kota. Saat sampai di Jakarta, betapa hancur hati Ayah, tidak mendapati Rian sebagai wisudawan tahun itu, dicari ke tempat kost juga ananda tidak ada..kata ibu dosen ananda jarang masuk kuliah”, ibu terisak sampai nafasnya terasa sesak. Namun ibu kembali malanjutkan ceritanya.
“sejak saat itu, ayah pulang dari Jakarta dan tidak pernah mendapat kabar darimu, sakitnya pun kambuh lagi. Bahkan lebih parah, pikirannya terganggu, ia terkena saraf hingga mengalami struk”, ibu kembali terisak lebih dalam dan lebih lama, hatiku tidak enak.
“terus ayah dimana sekarang bu?”, aku menanti apa yang akan ibu katakan.
“ayah sudah meninggal..”, tangis ibu pecah, tanpa suara.
Aku merasa dunia, seluruh isi langit dan bumi menatapku tajam dan meneriaki aku sebagai pecundang. Pengorbanan Ayah yang begitu membanggakan aku yang bisa melanjutkan pendidikan tertinggi, kini harus dibayar dengan rasa sakit yang menggerogoti ayah hingga menemui ajalnya. Beberapa petak sawah yang dimiliki ayah, telah seluruhnya terjual untuk membiayaiku selama aku kuliah di Jakarta. Rina, gadis pintar dan cantik, adiku satu-satunya. Putus sekolah karena kekurangan biaya saat ayah sakit keras dan tak mampu lagi mencukupi ekonomi keluarga.

Ibu, kondisinya saat lima tahun yang lalu ketika aku pergi merantau untuk Kuliah di Jakarta, belum setua sekarang. Tapi, kini ia lebih hitam legam, wajahnya semakin kusam dan keriput, Ibuku, yang bau lumpur. Ternyata, harus menjadi buruh tani disawah untuk menyambung hidup, dan membiayai pengobatan ayah, selama ayah sakit keras. Dan kini, aku benar-benar resmi sebagai pecundang.  Aku yang selalu dibanggakan ayah karena prestasiku di sekolah, kini tak ada artinya. Karena ternyata, Jakarta tempat aku melanjutkan pendidikan tinggi, membawa malapetaka akibat kelakuanku. Satu hal yang aku tahu, aku mungkin bisa mengembalikan beberapa petak sawah yang terjual demi biaya kuliahku yang gagal. Tapi, satu yang tidak bisa aku kembalikan dan kucari keujung dunia manapun, yaitu waktu.


Bandung, 10 Maret 2012
Pukul 21:55 WIB

Berbagi Mimpi..dengan sang Pelukis Pelangi kehidupan


10 OKTOBER 2012
Terima kasih ya Allah, Engkau telah menghimpun kami dalam cinta pada-Mu
Engkau telah menghimpun kami dalam ketundukan dan ketaan pada-Mu
Ukhtibukhifillah….
Terima kasih atas inspirasi yang kau beri J

Hari ini tepat pukul 12.00 aku bergegas menuju gedung Landmark di jalan Braga, bandung.
Tidak terlalu jauh, cukup naik satu kali angkutan umum untuk sampai ke tempat tujuan,
Hari ini aku sengaja datang kesana, Islamic book fair Bandung yang menghadirkan Oki Setiana Dewi sebagai pengisi acara bedah buku Cahaya diatas cahaya.
Aku sudah menunggu moment ini sejak beberapa hari yang lalu, menyiapkan buku melukis pelangi karya Oki Setiana Dewi, yang merupakan buku keduanya setelah sebelumnya menulis buku sejuta pelangi.

Dalam acara bedah buku kali ini, banyak diceritakan pengalaman OSD yang menempuh pendidikan di Umul Quro, Makkah selama satu bulan, disana ia tidak hanya bisa menghafal Alqur’an didepan ka’bah, tapi juga bisa menyaksikan berbagai pelajaran tentang kehidupan yang membuatnya semakin takjub dan semakin taat pada Allah. Selain itu Oki juga sangat mensyukuri kondisinya sebagai seorang muslimah yang tinggal di Indonesia, karena hanya untuk menampakan identitas diri sebagai seorang muslimah beberapa muslimah dinegara-negara lain harus menerima kenyataan bahwa mereka dianggap teroris, berbahaya, bahkan seorang anak kecil di prancis berkata “you are a monster” pada seorang muslimah berkerudung.
Di Umul Quro, OSD juga sempat menjadi mahasiswi yang wajib mengenakan cadar, tapi ketika di kampus (area muslimah) mereka bebas membuka hijabnya, sehingga betapa cantiknya gadis-gadis disana, bagaikan boneka berjalan katanya, sungguh pengalaman yang sangat inspiratif..
Selain itu juga bercerita beberapa hal, tentang titik balik perjalanannya meraih cahaya Allah J
Dari mulai hanya seorang siswa biasa, kemudian mengenakan kerudung, mendapat berbagai ujian dengan kondisi ibunya yang sakit, hingga harus berjuang sendirian, hingga ahirnya roda kehidupan berputar dan ia mendapatkan pelangi yang membuat semua orang kagum akan keindahannya..
OSD berbagi kisah suksesnya, bahwa jika ingin berhasil maka jangan takut untuk bermimpi,
Catatlah mimpimu…
Kejar mimpimu…minta pada Allah..maka Allah pasti mengabulkan..
“karena Allah seperti yang diprasangkakan oleh umatnya..”

Berjuang Bersama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia

Berjuang bersama; Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis), Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan umat di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ini dipelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina.
Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di Timur Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan Aljazair. Juga ke Turki, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan negara-negara Eropah lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan Australia.
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan.
Maka sudah tiba saatnya bagi seluruh pemuda-pemudi Indonesia, bergabung bersama Hizbut Tahrir untuk berjuang bagi kesatuan dan persatuan kaum Muslimin di bawah bendera Lailahaillallah Muhammadurrasulullah, termasuk Anda.
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan kembali sistem Khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas kehidupan. Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.
Latar Belakang Berdirinya Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah Swt :
“(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali.
Tujuan Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam dan masyarakat Islam. Di mana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh kaum muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat ke masa kejayaan dan keemasannya seperti dulu, di mana umat akan mengambil alih kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia ini. Dan negara Khilafah akan kembali menjadi negara nomor satu di dunia—sebagaimana yang terjadi pada masa silam—yakni memimpin dunia sesuai dengan hukum-hukum Islam.Hizbut Tahrir bertujuan pula untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at) bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala ide dan peraturan kufur, sehingga Islam dapat menyelimuti bumi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.